Hama Pada
Tanaman Dan Cara Mengatasi Hama Pada Tanaman
Hama tumbuhan adalah
organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya
terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit,
wereng, tungau, dan ulat.
1. Tikus
Tikus merupakan hama
yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit
dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk
berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan
tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung
dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.
Tikus menyerang berbagai
tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang
tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga
merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus
mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang
sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak
maka berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan
hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :
a. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para
tikus dan menangkap tikusnya.
b. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
c. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam
waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk
mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
d. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau
dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah
direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum
tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati –
hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
2. Wereng
Wereng adalah sejenis
kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian
kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara
– cara sebagai betikut :
a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman
secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan
untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau
tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami
wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia
douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss
fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida,
dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan
insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi
lingkungan.
3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa
acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini
jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini
berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab
butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa,
agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor –
faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai
berikut.
a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c. Penanaman tidak serentak
Pengendalian
terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Menanam tanaman secara serentak.
b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di
sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan
jala penangkap.
d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah,
atau dengan alga.
e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan
predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi
walang sangit.
f. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan
insektisida.
Walang sangit muda
(nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat
merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga
dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim
yang dapat mencerna karbohidrat.
4. Ulat
Kupu – kupu merupakan
serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu
meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa
sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan
dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan
oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada
bagian bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah
banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan
dibasmi.
c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat
dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Tungau (kutu kecil)
bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini
banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul
bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat
diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu
tempat dan dibakar.
Sekian Artikel singkat ini, semoga dapat membantu teman-teman dalam menambah pengetahuan. Jagan lupa like dan shre artikel di SekilasDuniaPertanian.
Sekian Artikel singkat ini, semoga dapat membantu teman-teman dalam menambah pengetahuan. Jagan lupa like dan shre artikel di SekilasDuniaPertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar