Cara Budidaya Tanaman Ciplukan
Ciplukan
merupakan sebuah tumbuhan liar yang hidup didataran rendah yang memiliki
ketinggian 1.550 meter diatas permukaan diatas permukan laut. Tanaman ini bias
di dapatkan hamper semua Negara dengan
iklim tropis seperti Asia, Afrika dan Amerika(Afandi.2002).
Pada
awal nya tanaman yang satu ini berasal dari peru (Amerika Latin). Lalu
disebarkan ke berbagai Negara Eropa oleh orang-orang belanda. sedangkan
di Indonesia tanaman ini pertama dikenal di daerah Maluku. Buahnya bulat tertutup dalam kantong mirip lampion. Sekilas
bentuknya persis kantong kemih, Itulah sebabnya tanaman
ini diberi nama ilmiah Physalis angulata
L. Dalam bahasa Yunani physalis berarti kantong kemih.. Tanaman ciplukan terbukti ampuh mengatasi hipertiroid, kanker,
serta penyakit diabetes militus. Ciplukan mengandung senyawa asam sitrun, fisalin, asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin,
dan vitamin C.
Di kawasan Indonesia ciplukan dapat ditemui biasanya didaerah
yang lembab, tanamn ini tumbuh liar di
kebun-kebun, sawah, maupun di pinggir pematang sawah, namun kebanyakan orang menganggap bahwa
tanaman ini hanya sebagai tanaman yang
mengganggu tanamn budidaya sehingga banyak orang yang membasmi tanaman ini.
Sebenarnya tanaman ini mempunyai benyak manfaat terutama dalam bidang
obat-obatan. Kandungan kimia ceplukan antara lain Fisalin B, Fisalin D, Fisalin
F, Withangulantin A, protein, minyak lemak, asam palmitat dan asam
stearat,alkaloid, glikosida flavonid, dan saponin. Secara spesifik glukosida
flavonoid dalam ceplukan terbukti dapat digunakan sebagai obat diabetes
mellitus karena dapat memperbaiki regulasi darah dengan menurunkan kadar gula
dalam darah dan menghilangkan efek samping (komplikasi) diabetes mellitus di
mana penderitanya tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan
tingkat gula (glukosa) dalam darahnya.
-
Nama Tanaman
Nama ilmiah : Physalis angulata L.
Nama
lokal : Morel berry (Inggris), Ciplukan (Indonesia), Ceplukan (Jawa), Cecendet
(Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan,
Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), Leletokan (Minahasa).
-
Klasifikasi
tanaman ciplukan
Adapun klasifikasi Physalis angulata L.dalam
sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis angulata L
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis angulata L
-
Morfologi tanaman
Tanaman ciplukan (Physalis
angulata L.) adalah tumbuhan herba annual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m.
Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk,
berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul.
Gambar 1 tanaman ciplukan
Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas
berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung
runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata
atau bergelombang-bergigi, 5-15 x2,5-10,5
cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun,
simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing,
lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5
cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk
lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau
kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang
berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya
berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2
daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai
14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak
buah.
-
Habitat tanaman ciplukan
Ciplukan adalah tumbuhan asli Amerika tepatnya
dari negara Peru yang kini telah tersebar secara luas di daerah tropis di
dunia. Di Jawa tumbuh secara liar di kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak,
hutan ringan, tepi hutan. Ciplukan biasa tumbuh di daerah dengan ketinggian
antara 1-1550 m dpl.
Tumbuhan
Ciplukan(Physalis angulata L.) merupakan tumbuhan liar,
berupa semak/perdu yang rendah (biasanya tingginya sampai 1 meter) dan
mempunyai umur kurang lebih 1 tahun. Tumbuhan ini tumbuh dengan subur di
dataran rendah sampai ketinggian 1550 meter diatas permukaan laut, tersebar di
tanah tegalan, sawah-sawah kering, serta dapat ditemukan di hutan-hutan jati.
Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan
bila masih muda, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa asam-asam
manis. Buah Ciplukan yang masih muda dilindungi oleh cangkap (kerudung penutup
buah).
Pada
umumnya masyarakat hanya mengenal tanaman ciplukan hanya sebagai tanaman liar
yang hidup di daerah yang lembab seperti selokan, tanah yang kosong, sawah,
dll. Dengan deskripsi tersebut sebagian besar atau hampir seluruh masyarakat
menganggap tanaman ini sebagai tanaman pengganggu yang tidak dapat
dimanfaatkan. Oleh karena itu Tanaman ini cenderung dimusnahkan dan diganti
dengan tanaman yang lebih bermanfaat.
Sebenarnya
tanaman ini mempunyai berbagai manfaat diantaranya sebagai obat. Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan
sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan
patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut,
dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk mengobati
epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.
Dari penelitian yang telah dilakukan, baik
secara in vitro maupun in vivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki
aktivitas sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan
imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.
Di Malang sendiri tanaman ini mulai sulit untuk
ditemui, banyak factor yang menyebabkan tanaman ini mulai menghilang dan jarang
ditemui. Diantaranya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat dari
tanaman ini dan hanya menganggap tanaman ini sebagai tanaman pengganggu. Factor
ke dua yang sering ditemui di lapang adalah benyaknya pembangunan perumahan
sehingga tidak ada tempat bagi tanaman ciplukan untuk hidup. Factor yang ke
tiga adalah penggunaan mulsa dan herbisida, karena masyarakat khususnya petani
hanya menganggap tanaman ini sebagai tanaman yang tidak mempunyai manfaat maka
mereka membasmi tanaman ini dengan menggunakan herbisida bersama tanaman liar
yang lain. Penggunaan mulsa yang mempunyai fungsi sebagai menekan pertumbuhan
tanaman yang mengganggu tanaman yang dibudidayakan.
Ada pula pengararuh dari pemanasan global,
dimana musim tidak menentu sehingga petani tidak dapat menentukan awal dan masa
panen suatu jenis tanaman. Di daerah pengamatan sekarang sudah jarang di
temukan petani yang menanam palawija atau kedelai, dimana tanaman palawija dan
kedelai adalah salah satu tempat dimana tanaman ciplukan biasa tumbuh. Para
petani lebih memilih untuk menanam padi, tanaman sayuran ( sawi ) dan tanaman
jeruk yang lebih dapat tahan terhadap ketidaktentuan iklim. Dari hal diatas
diketahui bahwa populasi tanaman ciplukan berkurang bukan hanya dari factor
biotic namun juga factor abiotik.
Untuk membudidayakan tanaman ciplukan ini menggunakan cara
perbanyakan tanaman secara generative yaitu dengan biji. Biji disemai kemudian
bibit dipindahkan ketempat penanaman. Pemeliharaan tanaman ini mudah, seperti
tanaman lain dibutuhkan cukup air dengan penyiraman atau dengan menjaga
kelembabab tanah. Disamping itu juga dibutuhkan pemupukan terutama pupuk dasar.
Prospek bisnis tanaman ini cukup menjanjikan apabila
dibandingkan dengan tanaman yang lain. Untuk dalam negeri tanaman ini mungkin
dianggap tidak mempunyai nilai jual namun apabil melihat nilai jual tanaman ciplukan ini di pasar Prefektur
Ishikawa mungkin akan tercengang, ternyata buah ciplukan yang di jual disana
per pak nya (isi 18 buah) dijual dengan harga 780 yen. Atau 43 yen per buah,
kalau dirupiahkan menjadi 4.300 rupiah. Ciplukan ini rasanya agak langu
dibanding ciplukan dari Jawa meskipun ukurannya lebih besar. Ciplukan Jawa
rasanya memang lebih manis. Apabila tanaman ini di olah menjadi obat atau
kapsul harga jualnya mencapai Rp. 30.000,- per botol yang berisi 50 kapsul.
Namun, masyarakat belum banyak yang ingin membudidayakan
tanaman ini. Karena masyarakat hanya menganggap tanaman ini tidak bermanfaat
dan hanya dianggap sebagai gulma.
Sekian Artikel
singkat ini, semoga dapat membantu teman-teman dalam menambah pengetahuan.
Jagan lupa like dan shre artikel di SekilasDuniaPertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar